Mom’s Favourite Story

FK

Jas Putih

Ibu saya suka sekali ‘ngrempong’ alias bercerita mengenai banyak hal terutama kepada keluarga besar kami. Namun untuk kali ini saya bukan akan membahas mengenai ibu saya tercinta, tetapi membahas mengenai topik ‘rempong’ ala sang mami. Selama Hari Raya tahun ini, mami sibuk sekali bercerita mengenai berbagai topik yang bersangkutan dengan empat putri kesayangannya. Salah satu topik mengenai diri saya dan masih menjadi berita hangat di antara para keluarga adalah medical education atau sekolah kesehatan. Topik yang sangat terkenal dan sudah mampu saya hafal di luar kepala.

Kedua orang tua saya baik sang papi atau pun mami berharap saya menjadi seorang dokter. Bukan dokter cinta, tetapi benar-benar dokter dalam arti yang sebenarnya. Lucu rasanya melihat beliau berdua begitu bersemangat menceritakan rencana masa depan mereka untuk saya bersama dengan keluarga besar kami, sedangkan saya sendiri hanya diam tersipu malu. Akibat keahlian iklan oleh mami-papi, para tante saya ikut terbujuk rayu untuk menyokong rencana tersebut. Alhasil, hidup saya semakin dipenuhi oleh jas putih dan  jarum suntik yang bahkan tak pernah ter-pikirkan oleh saya sendiri.

Sebenarnya semua hal tersebut bersumber pada seorang ‘budhe’ yang notabene merupakan kakak dari ibu saya, beliau adalah orang pertama yang mencetuskan ide brilian masa depan saya. Beliau juga yang telah menyanggupi untuk membantu saya meraih cita-cita ‘saya’. Bukannya saya tak senang dengan berbagai rencana yang telah dipersiapkan hanya untuk saya seorang, tetapi pada saat itu saya tak mengerti apa enaknya menjadi dokter. Saya orang yang bebas, saya lebih suka menjadi seorang penulis yang bisa bebas berkarya dan berkeliling dunia dan bukan seorang dokter yang giat belajar dan ulet untuk menatap masa depan.

Tetapi, tanpa saya sadari sebenarnya itulah cita-cita saya sedari dulu. Ketika masih TK, guru saya selalu bertanya ingin jadi apa saya nantinya dan saya akan dengan lantangnya menjawab dokter. Ketika masa SD hampir seluruh umat manusia akan berganti beragam cita-cita dari mulai polisi sampai presiden, tetapi setiap ada orang bertanya hal yang sama kepada saya jawaban saya juga tetap sama. Baru ketika masa SMP, hal tersebut sedikit punah karena kemauan dan passion saya terhadap hal yang lainnya mulai bermunculan. Tetapi, saya sendiri tidak tahu mengapa ketika mengisi aplikasi untuk mendaftar SMA saya tetap menuliskan dokter pada kolom cita-cita.

Rencana ini memang bukan salah orang tua saya, mungkin memang sebenarnya saya sendiri yang telah mendeklarasikan diri saya sebagai dokter sejak dulu. Karena kenyataannya adalah saya suka menjadi dokter dengan atau tanpa kesadaran saya. Saya percaya jika memang Allah SWT mengizinkan semua hal tersebut dapat terjadi. Jalan dan proses yang akan saya tempuh memang tak akan mudah, tetapi saya juga sudah tahu bahwa hidup memang tak pernah mudah. Meski tak pernah membayangkan diri saya memakai jas putih dan berjalan di sepanjang koridor rumah sakit, namun akan selalu ada saatnya untuk memulai membayangkannya.

Sebenarnya semua sudah ada dalam satu paket ketika saya menjadi dokter nantinya. Saya tak perlu berhubungan lagi dengan Fisika, saya bisa memperbaiki hubungan baik dengan Biologi, orang tua saya bangga kepada saya, keluarga besar saya dapat merasa lega, teman-teman saya ikut bersyukur bersama saya, dan yang terpenting saya dapat memenuhi mimpi masa kecil saya. Cita-cita yang saya miliki untuk menjadi dokter memang sedikit klise, setiap anak pasti pernah bermimpi menjadi seorang dokter. Tapi, saya tahu ke-klise-an saya ini sedikit berbeda dengan orang kebanyakan.

Saya selalu berharap menjadi manusia yang berbeda dengan orang lain dalam berbagai hal. Saya selalu mencari cara untuk menemukan jati diri yang tak ditemukan oleh orang lain. Dengan ke-berbedaan ini saya berharap bisa menjadi dokter yang berbeda dengan dokter yang lainnya dalam proses yang lebih baik. Dokter bukan lagi sebuah mimpi, hal tersebut sudah menjadi sebuah harapan karena saya telah mengambil langkah untuk mewujudkannya. Dr. Alvin Faizah adalah nama yang sekarang terdengar tak asing lagi di telinga saya dan semoga seterusnya akan seperti itu.

7 thoughts on “Mom’s Favourite Story

  1. waduh rek,, kancaku ternyata uwwweeeennndak banget nulis ya,,
    wkakakkakak
    g papa pon,, mungkin semua itu adalah jalan dari Allah,,
    *mengingat selama ini kita buta arah akan masa depan…
    wkaakakka,,
    ada jalan terang didepan mata, kenapa ngga dilewatin aja?
    semangat ya sob..!!

Tinggalkan Balasan ke alvinalfafaizah Batalkan balasan